Kamis, 06 Januari 2011

Fifteen & Straightforward

Kalau membaca judul postingan yang satu ini, pasti banyak orang yang akan melihat opo seh maksud e?? ...
Jadi, dua kata dalam bahasa inggris yang berarti lima belas (fifteen) dan Blak-blak (straightforward)tersebut akan selalu mengingatkan "kebodohan" yang saya lalukan selama ini. Yang kalau dipikirkan lebih lanjut kok ya bisa-bisanya saya mengalami hal se-konyol itu

Memang semenjak sekolah dulu dari SD sampai SMA, selain olahraga, ilmu seni (menggambar/prakarya), saya mengalami kendala yang cukup menjengkelkan dengan satu mata pelajaran yaitu dengan bahasa.
Bahasa yang saya maksudkan disini tentu saja adalah bahasa asing baik Inggris maupun Arab (bukan bahasa Indonesia ataupun bahasa jawa). Bagi saya mempelajari kedua bahasa tersebut cukup menjengkelkan, menyusahkan, dan membuat pening kepala! bahkan untuk kasus yang lebih ekstrim, mata kuliah tersebut satu2nya yang paling saya takutkan, yang atasnya saya berharap saat itu tidak menjatuhkan saya ke lembah DO.
Balik lagi ke masalah Fifteen dan straightforward ....

"Fifteen" merupakan kebodohan pertama saya yang terpublish di depan umum, dihadapan banyak khalayak akademis pula...
Jadi ceritanya, 4 tahun yang lalu, kira-kira bulan Desember 2006, Saya ~bersama dua orang soulmate D4 Agung dan Nur ~ berkesempatan mewakili kampus untuk ikut dalam lomba akuntansi nasional di Universitas Perbanas di daerah Kuningan.....
Hari pertama lomba cukup lancar, yang artinya kami lolos sampai dengan babak selanjutnya....

Hari kedua dimana kita harus melakukan adu ketangkasan memencet bel..... (jadi inget Klompencapir yang cukup populer pada saat orde baru), sepertinya akan berjalan mulus, hingga pada pertanyaan ke sekian tentang mata kuliah Manajemen Keuangan, kita diminta untuk menghitung rate of return yang diinginkan. 

Berhubung Nur telah mendapatkan jawaban yang tepat (teman saya yang satu ini kebagian untuk melumat materi yang berasal dari Mankeu dan memang ahli di bidang tersebut) maka dengan lantang dan pedenya sayapun menjawab:"fifteen..... "(alasan kenapa saya menjawab dalam bahasa inggris adalah nilai yang diberikan full 100, sedangkan kalau menjawab dalam bahasa hanya memperoleh 80, selisih yang menurut saya sayang untuk dibuang, apalagi dengan pertanyaan semudah itu...
Juri:"salah"
Saya:"kok.....", tanpa sengaja ungkapan penuh tanya keluar dr mulut saya.
belum sempat pertanyaan yang lain saya ajukan, dewan juri terlanjur menyatakan "jawaban yang benar adalah 50"

Nah, dari sini mulailah saya protes keras atas "penyalahan" jawaban saya tadi....
"Kok jawaban saya salah tadi...." protes yang sebenarnya tidak perlu dan efeknya malah membawa malu bagi saya seumur hidup....

"Iya, jawaban saudara salah....."
"lho kok bisa "kata saya, "kan bener jawaban saya 50 tadi .....", rekan setim saya pun nge-reh-reh saya dengan menyatakan memang kami salah.... 

Saya pun masih kekeh terhadap kedua teman saya "harusnya bener kan, jawaban kita kan 50, fifteen" sejenak kemudian saya terdiam.... Oh God.......apa yang saya lakukan......
50 = fifty not fifteen..... mengapa bisa saya sebodoh itu dalam men-spelling dalam bahasa inggris
seketika auditorium FE Perbanas-pun geeerrrr.... dipenuhi dengan tawa para tawa dewan juri, peserta dr berbagai kampus di Indonesia yang tentunya beberapa didampingi oleh Dosen mereka. 
suasana tenang pun cair dengan gelak tawa mereka yang dilanjutkan dengan muka merah (ini sekali dalam suatu forum saya merasa amat sangat malu...)

Diakhir lomba ini pun kami akhirnya kalah,
namun membawa kami dalam kondisi yang jauh lebih tenar dari pemenang lomba itu sendiri, gara-gara si fifteen tadi ^^V

kejadian kedua, lagi-lagi juga terjadi di bulan Desember, tepatnya Desember 2010 kemaren....
secara tidak disangka-sangka saya dinyatakan lulus tahap selanjutnya program PPSDM. Hal ini membawa konsekuensi saya musti mengikuti tes wawancara di JAKARTA (seneng bisa maen ke jakarta lagi...). Cukup deg-deg an saya menghadapi waktu wawancara pada 21 /12/2010 tersebut.

sampai pada hari H dimana saya kebagian urutan nomor 1 sebab secara absensi memang saya amat jarang berada di nomor 2 (Satu hal yang nantinya patut saya pertimbangakan dalam memberikan nama pada anak nanti..... ^^). memasuki ruangan dengan penuh kekhawatiran tingkat tinggi, saya pun menjawab pertanyaan dengan biasa (pertanyaan mencakup banyak aspek)
hingga pada pertanyaan
Mr T (sebut saja begtu, beliau adalah eslon II BPPK yang membidangi masalah PPSDM) " Mas Amin, kan pengennya kuliah ke xxxxx, nah sekarang kita mau tau ttg kemampuan bahasa inggrisnya"
so "Tell me about ur strenght and weakness"

saya pun dengan sangat terpaksa menjawab dengan blepotan sana sini.. hingga saya lalu terdiam cukup lama....
(dalam hati saya binggung, kelemahan saya adalah terlalu blak-blakan... istilahnya apa ya dalam bahasa inggris???)

pewawancara: "Do you think that you don't have any weaknesses...???)
saya:"ehm,,,, No sir,,,
lalu saya bilang .... maybe its called Blak-blakan"
"o,,,, straightforward" seru pewawancara....

betapa malunya saya, karena mengalami kejadian yang "menjengkelkan" dalam sebuah momen penting seperti itu.....
yang jelas sesudahnya tanya jawab dilakukan dalam bahasa dan saya alhamdulillah cukup lancar memberikan jawaban jujur dr saya...

yang jelas dengan kejadian yang terakhir...
saya memutuskan, kayaknya perlu kursus dan banyak2 latihan biar ga kagok....
hahahaha

Selasa, 04 Januari 2011

Menangis

Menangislah

biarkan bola mata itu mencerminkan lara yang selama ini kau pendam

menangislah

biarkan bulu mata itu menunjukkan duka yang tak lagi sanggup kau tanggung

menangislah

biarkan airmata itu membawa pergi kepedihan yang ada

Menangislah

untukmu, untukku, dan untuknya

Menangislah

Rabu, 06 Oktober 2010

Kado I

Kembali meneruskan perbincangan dan pembicaraan saya sebelumnya pada blog ini (baca: http://menuliskatacinta.blogspot.com/2010/10/kado.html), tentang KADO milad yang memang sangat tidak terduga-duga.

AKhirnya siang ini tadi saya berkesempatan untuk melihat Salinan SK pemindahan saya (SK tersebut punya nomor KEP-013/PP/UP.9.1/2010) secara langsung -kalau kemaren hanya sebatas katanya Mami, hehehehe. Walaupun sebenarnya untuk kata-nya yang satu ini saya sebenarnya tidak perlu meragukan, Wong beliau sebagai Kabag Kepegawaian Punya KEKUASAAN PENUH dalam menyusun SK kok- jadi tanda ******* yang kemaren sudah bisa dibuka untuk publik (hayah, apa juga ini kepentingannya)

Bercerita tentang perasaan saya setelah mendengar berita per-mutasi-an saya, saya akui saat itu saya bener2 shock berat, wong sampai terdiam dan melongo gitu....
alhasil pembicaraan panjang lebar yang di-jadualkan tidak terlaksana alias Gagal Total. Mungkin pembicaraan ini nanti baru akan terjadi ketika saya harus pamitan untuk meninggalkan ibukota tercinta.

Perasaan shock tersebut campur aduh dan ga karuan, ibaratnya udah carut marut ga berbentuk kayak gado-gado depan gerbang kalimongso atau Es-campur depan gerbang PJMI (baca: macem2 rasanya)
seneng karena mutasi ke daerahnya ga sampai ke daerah yang macem2 -- secara domisili dan keluarga kebanyakan  di jawa, maka mutasi keluar sono tentu akan sangat berat! Bagaimana tidak??? jauh dari sanak keluarga, famili, handai tolan.... Mana masih belum punya pasangan (hihihihihih), dan tentu saja hidup jauh di perantauan akan menyebabkan kantong kering alias berat di ongkos (taulah harga tiket sekarang mahal).

Namun disamping perasaan seneng tersebut ada juga perasaan sedih dan ..... (susah ngomongnya neh, pokoknya ga ikhlas gitu!!!), sebab setelah hampir 8 tahun hidup di ibukota dan bahkan saya jadi warga ibukota (FYI: saya punya KTP sebagai warga Ponsaf tapi jangan tanya kok disana, wong ga tau dulu neh alamat kok tiba2 kesana) pada akhirnya harus menjadi warga kota lain. 

Diantara banyak variabel tersebut yang paling membuat saya berat adalah harus meninggalkan kampus. Ya, kampus dimana saya menimba ilmu dan berbagai pengetahuan di dalam-nya selama 5 tahun. Kampus dimana saya pernah menjadi asdos dan juga Dosen tak resmi untuk berbagai mata kuliah sampai akhirnya kesampaian juga menjadi dosen resmi. 

Tidak banyak yang tau, bahwa mengajar di kampus memberikan banyak kepuasan bagi saya. Puas karena diberi kesempatan berbagi pengalaman dengan berbagai anak negeri yang ada dikampus ini.
Bertemu dengan mereka memberikan banyak energi positif kepada saya, tentang bagaimana perjuangan hidup, bagaimana sebuah cita di gantungkan, bagaimana potensi-potensi besar itu dipilih dan berkumpul disini. Hingga kepuasan lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Membandingkan dengan mengajar kampus lain-yang pernah saya lakukan tahun-tahun sebelumnya sampai sekarang- menyajikan  banyak  perbedaan yang membuat saya smakin sering bersyukur diberikan kesempatan untuk dpt mengabdi disini....

Bisa dikatakan karakteristik unik mahasiswa STAN lah yang membuat banyak orang sangat rindu untuk mengajar/kembali mengajar di kampus dimana karakteristik ini pulalah yang menbuat sebagian orang menolak tawaran mengajar juga.
  1. Status sebagai mahasiswa PTK, alias kampus plat merah menjadikan mahasiswa STAN cenderung untuk tidak neko-neko dan sabdo pandito dosen (hayah....), suatu hal yang akan sangat langka saudara temukan di kampus lain bahkan PTN sekalipun....  mengapa? wong mereka menang mbayar kok, hehehehe. Kalo di STAN, gratis kok rewel...                 >> pernyataan terakhir ini bukan berarti harus mengesampingkan mutu layanan pendidikan dan "mengkebirikan" hak untuk memperoleh segala sesuatu dengan baik ataupun hak untuk protes,, (catet ya...)
  2. Dari sisi potensi kecerdasan (baca: IQ), para mhsiswa dsini memiliki potensi yang lebih jika dibandingkan dengan mahasiswa kampus lain khususnya mereka2 yang daftar dan ternyata tidak keterima. tentunya ini berlaku selama penerimaan STAN murni a.k.a bebas dari urusan suap, nyogok, dll yang ga etis.. Kalau hal ini terjadi, wah ya nggak jamin rek!!! (semoga yang berbuat demikian mendapat balasan setimpal) Nah, karena potensi ini lah, anda akan merasakan suatu hal yang menyenangkan, ibaratnya separah-parahnya anak STAN masih mending dr pada yang lain (based on pengalaman saya ya, >> pernyataan ini bukan untuk mengeneralisir dan menganaktirikan warga kampus lain), tetapi sisi lainnya Anda musti siap2 dengan berbagai pertanyaan dan konsekuensi lainnya dimana harus berupaya lebih keras untuk menyampaikan materi (ini menyebabkan beberapa orang yg saya kenal menolak mengajar, cos takut ntar ga bisa jawab pas ditanyain, heheheh)
hal ini lah yang saya akui cukup berat untuk saya tinggalkan dalam kurun waktu beberapa saat kedepan.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Kado

22 September 2010,
Tepat dua puluh hari sejak umur saya berkurang satu tahun, atau tanggal 12 Syawal 1431 H- Dua hari sesudah jatah cuti saya berakhir- saya mendapat sebuah KADO.......

Sedikit berbeda dengan kado-kado milad saya sebelumya yang umum-nya dipersembahkan oleh sahabat, teman, dan mhsiswa saya (ortu saya  pernah kasih kado buat saya pas milad, karena saya sudah dikasih kado tiap hari setiap ba'da salam dan qiyamul lail, nyuwun panestunipun Pak, BU, ^_^), mengapa?? karena sumber kado kali ini diberikan oleh atasan saya.
Penyampaian kado tersebut sebenarnya sudah saya duga sehari sebelumnya, sebab pada hari selasa -ketika itu ada acara halal bi halal- di kantor, secara tidak terduga-duga Mami (baca: big boss) nyeletuk ke saya, "Mas Amin, saya mau ngomong panjang lebar dan sedikit lama sama mas amin.... kapan-kapan kalau ada waktu ya.." Sayapun spontan menjawab "Inggih Bu" walaupun dalam hati saya deg-degan dan penasaran berat.
Mengapa penasaran??? karena biasanya kalo sang mami ngomong-nya agak serius gitu pasti ada kerjaan kantor yang serius atau kasus yang musti ditangani.
Sambil mikir-mikir karena penasaran, saya pun mereka-reka ulang kerjaan sebelum libur lebaran kemaren! perasaan semua kerjaan dah saya kebut dan selesai. Beberapa kasus yang saya tangani juga  in progrees  alias udah diluar kendali kami dan tinggal finishing touch di Banteng (ini adalah tempat keramat dimana seluruh keputusan tertinggi instansi saya diputuskan).

Berhubung masalah kerjaan saya beres semua (^.^V), maka kemungkinan kedua adalah saya ketahuan gosipin beliau, wkwkwkkw (maaf ya Bu). Tapi ini juga tereliminasi, wong aura Mami pas ngomong tu bukan aura lagi marah kok. Nah, akhirnya setelah memaksa neuron2 di kepala saya bekerja keras, keluarlah analisa terakhir yakni saya bakalan dipindahkan dari tempat saya sekarang (alias didaerahkan).

Maka ketika akhirnya momen tersebut tiba, yakni tepat keesokan harinya. Rasa penasaran dan deg-degan sayapun akhirnya terjawab.
berikut cuplikan pembicaraan kami:
Saya (Amin/A): "iya bu ada apa ya??"
Mami (M):"duduk dulu mas..."
setelah saya duduk kemudian sang mami melanjutkan pembicaraan "mas amin udah tau berita-nya???"
A:"berita apa ya bu?? (makin penasaran dan deg-degan lah saya)
M:"ehm kalo mas amin belum dengar, saya mau kasih tau sesuatu. Mungkin berita ini udah nyebar kemana-mana tapi saya yakin itu sumbernya bukan dari sini mas."
Dalam hati, aduuuuhhh si Mami neh malah muter2, ga tau gw dah jantungan?????
M:"jadi mas amin siap-siap mulai sekarang ya...." Deg... jantung gw serasa berhenti denger berita itu....
mau diapain neh kok pake suruh siap2 segala
A:"siap2 buat apa ya bu??" pertanyaan bego yang didasarkan pada kebinggungan untuk menebak arah pembicaraan kami.

Mamiku pun terdiammmm sejenak
M:"jadi mas amin, kena mutasi......."
A:"o......." gw melongo dan shock berat. pasti kalo liat ekspresi saya saat itu bener2 diluar dugaan dan kebiasaan saya sehari-hari. Saya bener2 terdiam ga bisa ngomong (ibaratnya untuk sesaat Si Amin yang super rame itu tiba2 ilang entah kemana, >> lebay)
M:"jadi, mas amin akan dipindahkan ke Balai Diklat Keuangan *******, jadi tolong mulai dipersiapkan dari sekarang kepindahannya. Kerjaannya segera dialihkan ketemen2 yang lain. beberapa tanggungan yang blom selesai segera diselesaikan....
dan kalo bisa ngajarnya dikurangi..."

mendengar berita tersebut, saya cuman terdiam dan sesekali bilang "oooo", "Iya...Bu," dan jawaban singkat lainnya.
Alhasil pembicaraan yang direncanakan cukup panjang lebarpun  berakhr dengan antiklimaks
cos, Mamiku ngeliat aku masih shock berat.....

be continued

Selasa, 31 Agustus 2010

Cemilan dikala Senggang

Cemilan di Kala Senggang

Diantara kesekian rutinitas yang harus saya lakukan, beberapa kegiatan yang cukup mengasikkan bagi saya (sehingga saya menjadi lupa daratan) disamping tentu saja sebuah rutinitas yang kadangkala membuat saya ingin selingkuh dan berpaling.

Berbagai kegiatan yang memicu adrenalin, menantang, dan sesuatu yang baru merupakan hal favorit yang selalu saya harapkan hadir, hehehe (cukup aneh untuk banyak orang, khususnya bagi yang terbiasa tinggal di zona aman ataupun comfort zone).


Akan tetapi, jangan sesekali meminta saya untuk melakukan kegiatan arsip-mengarsip.Karena  hal itu hanya akan mengganggu kesehatan, baik kesehatan saya juga orang-orang yang memberikan amanah tersebut kepada saya.
Sekedar informasi bagi para pembaca, atasan saya sempat terkena darah tinggi karena sebuah arsip rahasia dan menyangkut jabatan beliau raib entah kemana (pada dsarnya beliau memang sudah hpertensi ups rahasia neh. Hilangnya arsip tersebut juga tidak ada hubungannya dengan saya, hahahaha)

Tapi jujur, ketika saya menerima berkas tugas mahsiswa sebagaimana gambar di atas. 
terbayang sudah beban yang harus saya tanggung - wong pas ditimbang aja beratnya +/- 15 Kg- beruntung bisa kebawa nyampe kosan.... kalo enggak mah sudah....... (ups..... nanti ketahuan yang bikin tugas, wkwkwkwk) 

Sambil, di liat2 sekilas (menyiapkan hati, pikiran dan jiwa untuk memulai memberikan angka buat tugas2 tersebut) eh ada yang menarik...



Menarik disini blom didasarkan pada aspek isi dan penulisan (kan kalo tahap awal cukup ta'aruf dulu, jadi ya belum menjejaki ke langkah selanjutnya ^_^). TAPI lebih didasarkan pada cover tugas yang bersangkutan yang begitu kental dengan nuansa Romadhon-nya.
Bagaimana tidak? wong gambarnya aja Onta..... dan padang pasir
tentu pikiran kita mengarak ke jazirah-nya para Kanjeng Nabi kan. ga mungkinlah kalo kita berfikir tu di Bali palagi Dufan.

Cukup kreatif dan mampu memanfaatkan suasana!
setelah itu saya juga berharap bakalan nemu beberapa tugas yang memiliki kreatifitas dalam penyajian. Minimal enak dipandanglah sebelum enak dibaca dan dipahami maksudnya.

Tapi hasilya?...... nihil alias Nol besar (0). tak ada tambahan satupun yang mampu menarik perhatian saya. Malahan yang ada adalah saya jadi teringat dengan tumpukan berkas cokelat lainnya yang masih belum dijamah sama sekali.

Jumlah Totalnya ada delapan amplop besar...... (kadang berharap itu isinya duit dan bisa digunakan buat jalan2 seantero tempat,,, seperti maldives, bali, haiti, dll, tapi sudahlah kembali kedunia nyata dan berhenti berandai-andai --- kata orang tua bisa kesambet nanti)


kembali ke masalah tanggungan tadi.    JADI
kalau ditotal semuanya akan berwujud seperti ini


WAAAAA>......... Ga kebayang nanti bakalan seperti apa???
mungkin purlu dicicil setiap habis berbuka, ba'da Tarawih, dan Pasca Sahur.......
sayapun berharap semoga saja kewajiban yang laen ga kalah ma berkas tersebut. (Amiiiinnnn)

tapi sebelum segala sesuatu itu dimulai.....
selesaikan dulu jemuran baju yang sudah numpuk 2 minggu
Semangat...




Kos "Rauman Singa"

Berharap semoga semua amanah dapat terselesaikan.....

Sabtu, 28 Agustus 2010

berburu keutamaan UKT di akhir Romadhon


Memasuki hari-hari terakhir romadhan tahun ini, banyak dari kita mulai disibukkan dengan berbagai hal.
Bagi sebagian besar orang, kur-kuran romadhon (kur-kuran= bilangan antara 20 s.d. 30) merupakan waktu yang cukup melelahkan. Sebab disatu sisi banyak orang mulai berlomba-lomba meningkatkan ibadah mereka, biasanya salah satu dari malam terakhir tersebut merupakan malam lailatul qodar- malam yang keutamaan dan kemuliannya lebih dari 1000 bulan- (HR Bukhari, VII/147, hadits no. 1880). Disisi lain hari-hari terakhir romadhan juga berarti saat dimana ibu2 sibuk menyiapkan lebaran untuk anak-anak dan keluarga, maka tak heran jika pasar ataupun mall cukup rame dan berjubel pada saat-saat ini. Selain itu, setiap akhir bulan suci ini terdapat sebuah hajatan besar yang hanya ada di Indonesia yakni prosesi tahunan  yang harus dijalani oleh sebagian mereka dan juga saya, mudik lebaran. kami-kami dalam prosesi ini selalu sibuk dengan bagaimana momen tersebut akan dilewati, apakah tiket yang diperlukan sudah di-tangan? sangu-nya sudah cukup, ataukah karena alasan keduanya dan keterbatasan waktu harus merelakan untuk tidak sowan ke orang tua dan sanak keluarga masing-masing.

Nah, khusus untuk warga kampus saya. prosesi akhir Romadhon tahun ini juga lebih wah dan penuh perjuangan, tidak hanya untuk lailatul qodar, mudik, dan laen sebagainya....
tetapi juga perjuangan akhir menuju gerbang Wisuda (baca UKT a.k.a Ujian Komprehensif Tertulis). Tahap ini mungkin dirasakan klise karena hanya mendasarkan pada satu ujian saja untuk menentukan kelulusan mahsiswanya. Namun saya yakin penetapan tahapan ini sebagai salah satu syarat kelulusan telah melalui fit and proper test dan bukan ujug-ujug datang dari langit.
Tahun ini sendiri, tahapan kegiatan tersebut memang cukup berbeda. Sebab kalau sebelumnya hanya mahasiswanya Pak Stice Skousen yang merasakan perjuangan tersebut. Maka sejak tahun ini seluruh warga Jurangmangu calon pegawai Gatot Subroto dan Lapangan Banteng dan sekitarnya tidak terkecuali wajib merasakannya. Hehehehe rame pokoknya.
Proses itupun saat ini, telah mencapai tahap akhir. Terbukti tadi sekretariat (kalau dikampus lain namanya rektorat) telah mengumumkan kelulusan tahap I untuk beberapa spesialisasi di kampus. Hasilnya..........
WOW rekor besar..... total sekitar 150-an anak yang dipastikan harus mengadu peruntungan mereka pada ujian tahap II. jumlah ini cukup mencengangkan bagi saya karena mencapai lebih dari 1/3 jumlah mahasiswa pada spes yang bersangkutan. sekedar mengingat sejarah kampus khususnya masalah per-UKT-an, persentase ketidak lulusan paling mentok hanya di kisaran 5%. Itupun terjadi pada tahun-tahun awal diselenggarakannya UKT.

Banyak mahasiswa yang terkejut, shock, dilanda ketakutan akut (baik dari yang tidak beruntung atau yang memulai peruntungannya minggu depan) disamping ucapan rasa syukur yang tidak berkesudahan bagi mereka-mereka yang berhasil melewatinya. Saya pribadi selain agak terkejut juga ikut tertarik untuk menanggapinya. Saya jadi mengingat-ingat kejadian beberapa hari ini. Beberapa waktu lalu ketika saya diundang untuk iftor jama'i oleh salah satu group mahasiswa, sempat terlontar dari mereka bahwa hajatan akhir masa kuliah tersebut hanya merupakan formalitas belaka.
Pendapat yang secara umum muncul saat itu secara umum adalah khawatir tetapi menggampangkan. Karena toh pada akhirnya mereka nanti akan lulus atau "diluluskan". Pandangan ini dipertegas ketika saya melihat status beberapa dari mereka di jejaring social, komen dan pendapat mereka semakin mengukuhkan pendapat tersebut. Bahkan beberapa dari mereka menyatakan, asal masih dalam distribusi normal pasti lulus, sehingga tak usahlah bersusah payah untuk belajar dan memahami materi yang nanti akan diujikan. Toh hanya O (nol) sks, itupun  hanya sekedar pelaksanaan anggaran belaka (menurut persepsi mereka).
Ketika mendengar perkataan dan pendapat mereka saya hanya bisa mengelus dada…terdapat sesuatu yang tidak benar ini. Paradigma mahasiswa terhadap sekretariat dan pola pendidikan kampus sudah tidak lagi bisa dikatakan sehat. Sebab dilihat dari banyak hal dan berbagai sudut pandang manapun, telah terjadi suatu pergeseran dan perubahan mendasar dalm berfikir.
Apa jadinya jika sebuah institusi pendidikan tidak lagi mampu mempertahankan kredibilitasnya di mata para mahasiswanya.
Yang bisa saya simpulkan untuk kejadia tersebut adalah, adanya “keberanian” sekre saat ini untuk mendobrak paradigm dan kebiasaan yang sudah berlangsung beberapa tahun. Bahwa kelulusan memang ditentukan oleh kualifikasi minimal yang diperlukan bukan paring-paring (belas kasihan/sedekah kepada fakir miskin).
It’s OK, bahwa peningkatan kualitas lulusan harus dilakukan walaupun itu berarti terdapat mahasiswa yang mengulang tahun depan. Terdengar SADIS dan KEJAM memang. Namun menilik kejadian selama beberapa tahun ini sepertinya apa yang baru saja terjadi saat ini memberikan pelajaran besar bagi kita semua. Yang lebih penting dalam hal ini adalah meluruskan kembali paradigm banyak pihak yang terlanjur melenceng.
Sebab kalau kita mau jujur, tanyakan kepada pihak-pihak yang harus mengadu ditahap II tersebut. Apakah usaha yang mereka upayakan sudah cukup maksimal??? Saya katakan maksimal disini adalah bahwa mereka telah menyerahkan segenap upaya untuk dapat lulus??? Atau hanya sekedar menginginkan belas kasih distribusi normal???
Justifikasi yang bisa dilakukan adalah pernyataan mereka yang tidak mau dibandingkan dengan kaum elite tiap spesialisasi yang berebut jabatan Mankeu ketika di Sentul nanti. Namun dari sudut pandang saya, itulah yang salah selama ini….. Karena dilihat dari inputnya, mereka sama-sama bersaing secara sehat tiga tahun lalu (saya rasa tidak ada mahasiswa yang masuk dengan jalur kotor, kalaupun ada silahkan mengaku. InsyaAlloh saya akan dengan suka rela membantu protes untuk memberikan perlakuan khusus kepada yang bersangkutan) jadi yang beda adalah Usaha masing-masing mahasiswa untuk mau dan mampu menyerap apa yang disampaikan (ingat pepatah, sekeras-keras air toh akan terkikis oleh batu).
Jika mereka kaum elite mau dan harus bersusah payah dengan begadang ria! Apakah pantas mereka yang tidak lulus hanya berusaha dengan sekedarnya, disambi dengan ngopi di warung mamat??? Tentunya kalau kita berfikir logis dan sedikit mengesampingkan ego dan kekecewaan, saya yakin jawaban kita akan sama. jadi berhentilah menyalahkan sekre... dan orang lain.
Terakhir mengingat kata-kata bijak orang barat sana “No Pain No Gain”. Jadi berhentilah mengharap paring-paring…… toh kalian sudah tingkat III.

Minggu, 22 Agustus 2010

Catatan akuntansi STAN 2007-2010 (bagian I)

Dosen atau anak se-angkatan yang kesasar???  

Rasanya baru kemaren saya bertemu dengan wajah-wajah itu, wajah mereka yang menambatkan asa, cita, dan berbagai harapan di kampus ini. Mereka yang datang dari seantero negeri dengan beragam latar belakang, budaya, dan juga pengorbanan yang saya tau tidak kecil.

Pertemuan dengan mereka merupakan awal dari banyak hal tidak terduga yang saya alami selama 3 tahun ini. Pertemuan yang berasal dari penugasan RESMI lembaga kepada saya, setelah sebelumnya secara resmi alias tidak resmi saya harus mondar mandir gedung C, D, E, L, dan juga F.
saya katakan resmi, sebab setelah menamatkan tugas negara (cie... tugas negara) di gd. F tahun 2008 nama saya mulai masuk dalam kawasan elite yang selama ini belum pernah saya jamah.

Sebenarnya penugasan ini bukan merupakan hal baru bagi saya, sebab sejak tahun 2005 (akhir perkuliahan tingkat 3 dulu ) hingga awal 2008,secara TIDAK RESMI tadi saya diminta oleh para sumber ilmu saya untuk berbagi cerita tentang Stice skusen, paket UU keuangan negara, robert gunadi dan Freeman; Standar akuntansi pemerintahan, Fees Warren, F. Beams ataupun tentang buku ungu yang saya lupa siapa pengarangnya (cost-red). 
Permintaan ini alhamdulillah tidak pernah saya tolak dan saya laksanakan dengan baik.

Cukup aneh memang, bahwa saya memiliki dua status yang berbeda di kampus ini dalam waktu yang sama!
perbedaan status itu menganut asas LOCUS. Gedung F adalah tempat dimana saya harus duduk manis menimba ilmu; mengcompile tugas2, ataupun bertukar pantun dengan teman2. TETAPI status ini akan berubah 180' apabila saya memasuki gedung C, D, E, atapun L. Saya memiliki kuasa penuh atas kelas yang saya masuki. wkwkwkwkw (tertawa jahat)
saya masih sering tertawa simpul apabila mengenang masa-masa itu, dimana saya harus berlari-lari antar gedung hanya untuk beralih status. capek memang, tapi saya suka. dan itulah saya! menikmati banyak hal yang mungkin aneh, membosankan, dan tidak lazim bagi banyak orang.

ups, kok jadi bercerita hal-hal tersebut.(curcol jadinya)
menyalahi tema dan judul jadinya! hahahaha

balik lagi. ke masalah akuntansi 2007-2010
seperti dijelaskan sebelumnya setelah dinyatakan lulus pada awal 2008, saya mulai mengampu 3 kelas.
1E, 1F, dan 1T.

berhubung sekre ngasih taunya sangat ndadak (pagi sebelum berangkat kantor baru dikasih tau)
maka saya sama sekali tidak prepare buat masuk kelas pada kamis pagi itu...(prepare disini dalam artian saya belum membawa buku dan mengenakan kostum yang pantas)
setelah janjian sama pak Warren di gedung P, melangkahlah saya ke gedung C menuju ruangan yang dimaksud.

nah disinilah segala sesuatu dimulai, karena begitu saya masuk kelas semua mata melihat dengan penuh selidik ke arah saya (sekedar info, kostum saya saat ityu adalah baju polos warna biru dengan tas punggung buntut yang masih setia menemani sampai sekarang)
banyak dari mereka yang berfikir "eh ada mahasiswa nyasar ke kelas, pasti mau ada semacam kajian pagi yang secara rutin disampaikan oleh salah satu elkam".atau mungkin kampanye pemilihan ketua himpunan mahasiswa..... begitulah kira2 yang saya tangkap dari mata2 mereka yang masih menyimpan selidik.

namun setelah saya perkenalkan diri saya
kaget dan hebohlah mereka......
ibarat film kartun mereka masih sibuk ngucek2 mata setengah ga percaya... atau dalam film komedi/sitkom/dagelan  pasti mereka akan bilang "akh.... jangan pura2.... ente ga pantes deh"

saya pun agak setengah mati meyakinkan mereka....
beneran adek2 saya itu pengajarnya..... (begitulah kira2 bahasa tubuh saya saat itu)hal ini tentu menimbulkan dampak
antara pengen ketawa ma dongkol pada saat itu.

setelah mereka mau ga mau percaya! mulailah interaksi diantara kami terjalin (cie.. kayak apa aja)
dari sini saya kembali tau dan yakin mereka masih sama dengan temen2 saya seangkatan dulu (cerita tentang teman2 saya akan segera terbit, tunggu ya).
banyak dari mereka rela meninggalkan kampus yang selama ini diidam-idamkan banyak orang dan tidak semuanya mendapat kesempatan itu (baca UI, UGM, ITB, ITS, dll bahkan beberapa diterima scholarship di luar negeri). untuk selanjutnya beralih kesini. WOW


alhamdulillah
saya cukup dapat menyatu dengan mereka, maklum masih muda. (wkwkwkw, penyakit saya sejak TK kumat lagi)
hal yang membuat saya selalu semangat untuk menungnggu sesi2/pertemuan selanjtnya adalah
never ending spirit mereka yang terus mengebu-gebu dan berkobar....
semangat untuk tidak hanya sekedar tau tapi MENGUASAI..
sehingga seringkali saya harus menyampaikan materi2 tingkat yang harusnya baru akan mereka dapatkan pada semester 3/4
saat itulah saya bertekad...
akan saya buntuti mereka sampai akhirnya mereka lulus
jadi jangan salah kalau ternyata saya berturut-turut mengekor mereka dari satu semester ke semester berikutnya sampai sekarang.

terlepas dari itu semua
banyak kenangan yang nantinya akan saya sambung di bagian II dst dari kisah mereka
bahkan beberapa dari mereka memiliki kesan yang mendalam bagi saya. Akibatnya dalam beberapa hal mereka menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk dapat berbuat lebih baek lagi...

bersambung ke bagian II
saya terpaksa menutup sesi ini karena mata saya sudah sangat penat...
hari ke 12 ramadhan @ 1.00 am