Rabu, 06 Oktober 2010

Kado I

Kembali meneruskan perbincangan dan pembicaraan saya sebelumnya pada blog ini (baca: http://menuliskatacinta.blogspot.com/2010/10/kado.html), tentang KADO milad yang memang sangat tidak terduga-duga.

AKhirnya siang ini tadi saya berkesempatan untuk melihat Salinan SK pemindahan saya (SK tersebut punya nomor KEP-013/PP/UP.9.1/2010) secara langsung -kalau kemaren hanya sebatas katanya Mami, hehehehe. Walaupun sebenarnya untuk kata-nya yang satu ini saya sebenarnya tidak perlu meragukan, Wong beliau sebagai Kabag Kepegawaian Punya KEKUASAAN PENUH dalam menyusun SK kok- jadi tanda ******* yang kemaren sudah bisa dibuka untuk publik (hayah, apa juga ini kepentingannya)

Bercerita tentang perasaan saya setelah mendengar berita per-mutasi-an saya, saya akui saat itu saya bener2 shock berat, wong sampai terdiam dan melongo gitu....
alhasil pembicaraan panjang lebar yang di-jadualkan tidak terlaksana alias Gagal Total. Mungkin pembicaraan ini nanti baru akan terjadi ketika saya harus pamitan untuk meninggalkan ibukota tercinta.

Perasaan shock tersebut campur aduh dan ga karuan, ibaratnya udah carut marut ga berbentuk kayak gado-gado depan gerbang kalimongso atau Es-campur depan gerbang PJMI (baca: macem2 rasanya)
seneng karena mutasi ke daerahnya ga sampai ke daerah yang macem2 -- secara domisili dan keluarga kebanyakan  di jawa, maka mutasi keluar sono tentu akan sangat berat! Bagaimana tidak??? jauh dari sanak keluarga, famili, handai tolan.... Mana masih belum punya pasangan (hihihihihih), dan tentu saja hidup jauh di perantauan akan menyebabkan kantong kering alias berat di ongkos (taulah harga tiket sekarang mahal).

Namun disamping perasaan seneng tersebut ada juga perasaan sedih dan ..... (susah ngomongnya neh, pokoknya ga ikhlas gitu!!!), sebab setelah hampir 8 tahun hidup di ibukota dan bahkan saya jadi warga ibukota (FYI: saya punya KTP sebagai warga Ponsaf tapi jangan tanya kok disana, wong ga tau dulu neh alamat kok tiba2 kesana) pada akhirnya harus menjadi warga kota lain. 

Diantara banyak variabel tersebut yang paling membuat saya berat adalah harus meninggalkan kampus. Ya, kampus dimana saya menimba ilmu dan berbagai pengetahuan di dalam-nya selama 5 tahun. Kampus dimana saya pernah menjadi asdos dan juga Dosen tak resmi untuk berbagai mata kuliah sampai akhirnya kesampaian juga menjadi dosen resmi. 

Tidak banyak yang tau, bahwa mengajar di kampus memberikan banyak kepuasan bagi saya. Puas karena diberi kesempatan berbagi pengalaman dengan berbagai anak negeri yang ada dikampus ini.
Bertemu dengan mereka memberikan banyak energi positif kepada saya, tentang bagaimana perjuangan hidup, bagaimana sebuah cita di gantungkan, bagaimana potensi-potensi besar itu dipilih dan berkumpul disini. Hingga kepuasan lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Membandingkan dengan mengajar kampus lain-yang pernah saya lakukan tahun-tahun sebelumnya sampai sekarang- menyajikan  banyak  perbedaan yang membuat saya smakin sering bersyukur diberikan kesempatan untuk dpt mengabdi disini....

Bisa dikatakan karakteristik unik mahasiswa STAN lah yang membuat banyak orang sangat rindu untuk mengajar/kembali mengajar di kampus dimana karakteristik ini pulalah yang menbuat sebagian orang menolak tawaran mengajar juga.
  1. Status sebagai mahasiswa PTK, alias kampus plat merah menjadikan mahasiswa STAN cenderung untuk tidak neko-neko dan sabdo pandito dosen (hayah....), suatu hal yang akan sangat langka saudara temukan di kampus lain bahkan PTN sekalipun....  mengapa? wong mereka menang mbayar kok, hehehehe. Kalo di STAN, gratis kok rewel...                 >> pernyataan terakhir ini bukan berarti harus mengesampingkan mutu layanan pendidikan dan "mengkebirikan" hak untuk memperoleh segala sesuatu dengan baik ataupun hak untuk protes,, (catet ya...)
  2. Dari sisi potensi kecerdasan (baca: IQ), para mhsiswa dsini memiliki potensi yang lebih jika dibandingkan dengan mahasiswa kampus lain khususnya mereka2 yang daftar dan ternyata tidak keterima. tentunya ini berlaku selama penerimaan STAN murni a.k.a bebas dari urusan suap, nyogok, dll yang ga etis.. Kalau hal ini terjadi, wah ya nggak jamin rek!!! (semoga yang berbuat demikian mendapat balasan setimpal) Nah, karena potensi ini lah, anda akan merasakan suatu hal yang menyenangkan, ibaratnya separah-parahnya anak STAN masih mending dr pada yang lain (based on pengalaman saya ya, >> pernyataan ini bukan untuk mengeneralisir dan menganaktirikan warga kampus lain), tetapi sisi lainnya Anda musti siap2 dengan berbagai pertanyaan dan konsekuensi lainnya dimana harus berupaya lebih keras untuk menyampaikan materi (ini menyebabkan beberapa orang yg saya kenal menolak mengajar, cos takut ntar ga bisa jawab pas ditanyain, heheheh)
hal ini lah yang saya akui cukup berat untuk saya tinggalkan dalam kurun waktu beberapa saat kedepan.

2 komentar:

  1. ya..
    i know it,,
    emang berat meninggalkan kampus biru itu..
    kampus candradimuka lengkap dengan karakteristik dan potensinya,,

    semangat Pak!
    aku akan menggantikanmu mengajar disana,,
    hehehe_
    *ngarep dot kom

    BalasHapus
  2. wah...mahasiswa n mahasisiwi nya dah tau, mas?
    Banyak yg kecewa dunk ditinggal mas amin,,,

    Semangat ya, mas... Jika itu yg terbaik, maka Allah SWT telah mempersiapkan sesuatu yg lebih baik di tempat baru, insyaAllah...

    Btw, ******* itu mana ya?? penasaran...hehehe...

    BalasHapus